Banyak Lembaga Kursus dan Bimbel Tidak Punya Nilai Jual

Awal tahun adalah saat yang sangat krusial bagi sebuah lembaga kursus atau bimbel. Pada momen ini biasanya mereka mengalami penurunan siswa. Itu saya amati bertahun tahun lamanya. Lembaga kursus atau bimbel umumnya akan kembali menuai panen pada kisaran bulan Juni sampai Agustus.

Faktor penurunan siswa pada akhir sampai awal tahun sebenarnya disebabkan oleh masalah klasik, yang mohon maaf ternyata tidak pernah menjadi bahan evaluasi bagi para penyelenggara lembaga pendidikan tersebut, yaitu kejenuhan siswa dalam belajar.

Jawaban dari kejenuhan siswa tersebut hanya satu bagi saya, yaitu lembaga kursus dan bimbel tidak punya nilai jual. Tidak punya nilai jual dari penyelenggaraan bisnisnya. Tidak punya nilai jual dalam promosinya. Dan yang lebih parah adalah tidak punya nilai jual para tutornya.

Sebagai institusi bisnis, lembaga kursus dan bimbel selayaknya tidak hanya menjual hanya satu layanan saja. Di jaman persaingan bisnis seperti ini percayalah bila hanya menjual program pendidikan saja, saya yakin lembaga kursus atau bimbel tidak akan pernah bertahan lama. Banyak layanan pendidikan yang smestinya digali oleh para penyusaha lembaga pendidikan kursus atau bimbel. Dan tidak salah bila untuk mrwujudkan difersifikasi produk layanan, sebuah lembaga pendidikan kursus atau bimbel memerlukan konsultan agar bisa secara tepat dan cermat membuat lembaga pendidikan kursus dan bimbel didatangi konsumen.

Hal yang lebih penting lagi adalah sosok tutor. Lembaga pendidikan kursus atau bimbel seringkali akhirnya ditinggalkan siswanya karena tutor yang direkrut tidak memiliki perbedaan dengan sosok guru formil di sekolah. Padahal banyak siswa berbisik pada saya bahwa mereka ikut kursus atau bimbel semata karena ingin belajar pelajaran yang sulit secara nyaman dengan cara pengajaran dan suasana belajar yang tidak sama dengan di sekolah. Dan ketika mereka menemukan hal yang sama, akhirnya mereka memutuskan untuk meninggalkan lembaga kursus atau bimbel tersebut.

Di sini peranan rekrutmen sangat penting. Selain pola rekrut, pelatihan komunikasi pun diperlukan agar para tutor bisa menggunakan pola komunikasi yang pas dan bisa membedakan bagaimana berkomunikasi dalam pengajaran formil di sekolah dengan lembaga pendidikan luar sekolah. Dengan demikian siswa pun merasa nyaman dan bisa belejar namun tidak bersuasana sekolah. Untuk hal ini peranan pelatihan dari seorang praktisi komunikasi atau media sangatlah diperlukan.

Selain dari itu masalah marketing masih juga menjadi faktor penyebab lembaga kursus dan bimbel tidak memiliki nilai jual. Buat apa memaksakan menjual try out ke sekolah, bila guru guru sekolah sendiri sudah memiliki bank soal yang nyaris mirip kisi kis ujian? Dan untuk apa mencetak brosur sebanyak banyaknya, bila yang disampaikan di brosur itu sendiri hanya informasi program berikut harga jualnya. Paling juga, brosur itu setelah diterima, dibaca sebentar, terus dibuang. Lihatlah setiap ada penyebaran brosur di gebang sekolah, satu jam kemudian anda akan melihat brosur itu kemudian berserakan menjadi sampah yang menggunung. (Morgen Indra Margono)


Labels : news investment systems Anti Vir free template car body design

2 Response to "Banyak Lembaga Kursus dan Bimbel Tidak Punya Nilai Jual"

  1. Anonim Says:
    22 April 2010 pukul 18.10

    semuanya itu memang benar sudah nyata saya lihat, setiap brosur yang telah disebarkan beberapa saat kemudian dibuang begitu saja. Mereka menganggap sepele dan tidak tahu. Maka sebaiknya harus ada pengarahan dalam pemberian Brosur - brosur tersebut agar mereka dapat mengerti dan memahaminya.

  2. Oemar says:
    22 April 2010 pukul 23.57

    Masalah brosur memang sudah seperti itu adanya... itu masalah yang klasik, tp desain brosur itulah hal yang harus diperhatikan.Buatlah semenarik mungkin sehingga brosur tidak terbuang percuma. Misal tambahkan Kalender pada brosur.sehingga brosur bermanfaat bagi yang menerimanya....

Posting Komentar